Kamis, 12 November 2009

KESEHATAN REPRODUKSI PRANIKAH

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang

Permasalahan yang sekarang ini mengitari eksistensi remaja Indonesia dalam perkembangan masyarakat sebagai dampak globalisasi telah sangat merisaukan. Bangsa Indonesia yang selama ini dikenal sebagai bangsa yang religious, kini menghadapi tantangan berat dengan melonjaknya kasus seks bebas yang terjadi di kalangan remaja, peredaran dan penggunaan narkoba dan lain-lain. Penanggulangan masalah ini memerlukan perhatian serius dari setiap orang tua, guru, masyarakat, maupun pemerintah.
Menurut hasil penelitian, sekitar 82 persen remaja menyatakan secara terbuka bahwa mereka mempunyai teman yang mereka tahu pernah melakukan hubungan seksual diluar nikah. Sekitar 13.000 penderita HIV dan AIDS (akhir 2006) terdapat diseluruh Indonesia. Sekitar 50 persen diantaranya kelompok remaja usia 10-24 tahun.
Data penelitian menunjukan, remaja yang melakukan seks pranikah di rumah sekitar 85 persen. Perilaku seksual remaja di 4 kota besar (Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Medan) menurut sumber DKT Indonesia 2005 memperlihatkan fenomena yang mencengangkan. Remaja yang punya teman melakukan seks pranikah 82 persen, punya teman hamil sebelum menikah 66 persen. Di Jabotabek jumlahnya sekitar 51 persen, Bandung 54 persen, Surabaya 47 persen dan medan 52 persen. Mereka secara terbuka menyatakan pernah melakukan hubungan seks pra nikah.
Kesehatan reproduksi remaja (KRR) belakangan ini memperoleh perhatian tidak hanya di Indonesia, tetapi juga secara internasional karena hasil dari berbagai penelitian menunjukan makin banyaknya jumlah para remaja yang melakukan hal-hal yang tidak mendukung konsep sehat.
Dari fenomena-fenomena tersebut maka kami menulis makalah ini dengan judul “KESEHATAN REPRODUKSI PRANIKAH”

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini yaitu “Bagaimana Sebenarnya Kesehatan Reproduksi Pada Masa Pranikah?”

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari makalah ini yaitu ingin mengetahui “Gambaran Mengenai Kesehatan Reproduksi Pranikah”



BAB II
LANDASAN TEORI


2.1 Definisi Remaja

Organisasi kesehatan sedunia yaitu WHO menyatakan remaja adalah individu yang sedang mengalami masa peralihan; dari segi kematangan biologis kesehatan seksual sedang berangsur-angsur mempertunjukan karakteristik seks yang sekunder sampai mencapai kematangan seks; dari segi perkembangan kejiwaan, jiwanya sedang berkembang dari sifat kekanak-kanakan menjadi dewasa; dari segi social ekonomi ia adalah individu yang beralih dari ketergantungan menjadi relative bebas.
Masa remaja adalah masa perpindahan (transisi) yang menjembatani antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Masa remaja adalah masa penting yang tidak boleh tersia-sia, apalagi diisi dengan hal-hal yang tidak berguna dan membawa petaka bagi kehidupan yang berharga di masa depan.
Semua orang tau, pada usia remaja seorang anak manusia sedang mencari dan menentukan identitas dirinya sebagai bagian dari keluarga tempat ia berlindung dan bagian dari masyarakat tempat ia bergaul. Dari segi psikologi, masa remaja merupakan tahapan persiapan akhir sebelum memasuki tahapan perkembangan kepribadian untuk tumbuh menjadi manusia dewasa secara fisik, psikologis, maupun social.


2.2 Karakteristik Remaja

Berdasarkan cirri-ciri perkembangannya, maka secara umum remaja memiliki karakteristik dan kebutuhan;

• Rasa ingin tahu yang sangat besar
Rasa ingin tahu yang besar ini bisa jadi membahayakan, karena seringkali melibatkan beberapa hal vital dan mendasar, seperti apakah tuhan itu ada?, bagaimana rasanya melakukan hubungan seksual itu?, dan banyak pertanyaan-pertanyaan lainya.
Rasa ingin tahu juga sering dikaitkan dengan karakteristik remaja lain , yaitu kebutuhan akan kemandirian yang mendorong kea rah tindakan untuk membuktikan rasa ingin tahunya.

• Rasa ingin tahu dan kebutuhan kemandirian
Rasa ingin tahu dan kebutuhan akan kemandirian tersebut mendorong remaja kearah kematangan. Akan tetapi, jika rasa ingin tahu ini tidak dijaga dalam batasan tertentu yang tidak dapat dikuasainya akan membawa kepada pengaruh yang sebenarnya secara emosional belum siap diterima remaja.
Oleh sebab itu remaja membutuhkan bimbingan dari orang-orang yang lebih dewasa dalam member batasan tentang sejauh mana dia boleh mencoba dan dampak (resiko dan manfaat) dari setiap hasil percobaab tersebut.

• Kebutuhan khas remaja
Menurut Schneider, kebutuhan khas yang dimiliki remaja sesual dengan perkembangannya adalah sebagai berikut;
1. Kebutuhan akan identitas diri
2. Kebutuhan individualitas/privacy
3. Kebutuhan akan kemandirian

Meskipun kebutuhan ini juga dimiliki oleh individu dalam tahap perkembangan berikutnya, namun pada remaja kebutuhan ini sangat menonjol dan seringkali menjadi sumber permasalahan dengan lingkungan, karena lingkungan kurang memahami kebutuhan khas remaja ini.

2.3 Kesehatan Reproduksi Remaja

Kesehatan Reproduksi Remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut system reproduksi (fungsi, komponen, dan proses) yang dimiliki remaja baik fisik maupun mental dan social budaya



BAB III
PEMBAHASAN


3.1 Dampak Globalisasi Terhadap Permasalahan Remaja

Permasalahan yang sekarang ini mengitari eksistensi remaja Indonesia dalam perkembangan masyarakat sebagai dampak globalisasi telah sangat merisaukan. Bangsa Indonesia yang selama ini dikenal sebagai bangsa yang religious, kini menghadapi tantangan berat dengan melonjaknya kasus seks bebas yang terjadi di kalangan remaja, peredaran dan penggunaan narkoba dan lain-lain. Penanggulangan masalah ini memerlukan perhatian serius dari setiap orang tua, guru, masyarakat, maupun pemerintah.
Menurut hasil penelitian, sekitar 82 persen remaja menyatakan secara terbuka bahwa mereka mempunyai teman yang mereka tahu pernah melakukan hubungan seksual diluar nikah. Sekitar 13.000 penderita HIV dan AIDS (akhir 2006) terdapat diseluruh Indonesia. Sekitar 50 persen diantaranya kelompok remaja usia 10-24 tahun.
Data penelitian menunjukan, remaja yang melakukan seks pranikah di rumah sekitar 85 persen. Perilaku seksual remaja di 4 kota besar (Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Medan) menurut sumber DKT Indonesia 2005 memperlihatkan fenomena yang mencengangkan. Remaja yang punya teman melakukan seks pranikah 82 persen, punya teman hamil sebelum menikah 66 persen. Di Jabotabek jumlahnya sekitar 51 persen, Bandung 54 persen, Surabaya 47 persen dan medan 52 persen. Mereka secara terbuka menyatakan pernah melakukan hubungan seks pra nikah.
Sampai sejauh ini pengetahuan remaja Indonesia dalam hal refroduksi masih relative rendah, termasuk tentang resiko kehamilan akibat melakukan hubungan seks bagi perempuan usia 15-19 tahun sebanyak 49,5 persen sedangkan bagi laki-laki usia 15-24 tahun 45,5 persen.
Dalam kondisi masyarakat yang mengalami kerusakan system nilai, pihak yang sering menjadi korban adalah remaja putri, karena mereka sering tidak berdaya untuk menolak rayuan dan paksaan untuk melakukan hubungan seks sebelum nikah. Factor yang paling banyak mempengaruhi remaja melakukan hubungan seks diantaranya punya pacar, punya teman yang setuju dengan hubungan seks diluar nikah, punya teman yang mempengaruhi atau mendorong untuk melakukan hubungan seks diluar nikah (analisa lanjut SKRRI 2003)
Selama ini banyak disinyalir bahwa berbagai informasi tentang seks dan kesehatan reproduksi yang diperoleh kebanyakan bukan berasal dari orang yang ahli dibidangnya. Masalah budaya, pola komunikasi serta kurangnya pengetahuan menyebabkan para remaja sulit berkomunikasi dengan orang disekitarnya bahkan dengan orang tuanya sendiri.
Sumber informasi kesehatan reproduksi remaja mengatakan 81 persen (DKT 2005) remaja berkomunikasi tentang KRR dengan teman sebaya. Hal ini menunjukan bahwa mereka lebih nyaman dengan temannya yang belum tentu paham dan mengerti. 31 persen mereka yang berkomunikasi dengan orang tuanya, 31 persen dengan gurunya, 16 persen dengan petugas kesehatan dan 12 persen dengan tokoh agama.
Kurang pengetahuan yang dimiliki remaja maupun orang disekitarnya yang berpengaruh pada kehidupan mereka tidak seimbang dengan gencarnya pemberitaan atau pesan yang bersifat menonjolkan seks yang dapat mendorong dan memicu para remaja untuk mencoba atau meniru informasi yang mereka dapat.
Kesehatan reproduksi remaja (KRR) belakangan ini memperoleh perhatian tidak hanya di Indonesia, tetapi juga secara internasional karena hasil dari berbagai penelitian menunjukan makin banyaknya jumlah para remaja yang melakukan hal-hal yang tidak mendukung konsep sehat tersebut diatas.

3.2 Kehamilan diluar Nikah

Berlawanan dengan ajaran yang telah didapat seorang remaja dari orang tuanya, pada dasarnya sebagian remaja justru ingin menikmati seks yang seharusnya belum boleh dilakukan. Lebih memprihatinkan jika keinginan itu terkabul oleh pasangan yang telah dimabuk cinta. Hal ini dapat terjadi karena tidak adanya orang yang dapat membantunya untuk mencari alasan yang tepat, biasanya alasan-alasan yang didengarnya hanya terpusat pada masalah dosa dan status sosial semata. Akibatnya, dengan alasan “cinta harus rela menyerahkan segalanya”, seorang perempuan tidak bisa menolak ajakan sang kekasih.
Menurut para ahli, alasan seorang remaja melakukan hubungan seks di luar nikah ini terbagi dalam beberapa factor, yaitu sebagai berikut:

• Tekanan yang datang dari teman pergaulannya
Lingkungan pergaulan yang telah dimasuki oleh seorang remaja dapat juga berpengasuh untuk menekan temannya yang belum melakukan hubungan seks. Bagi remaja tersebut, tekanan dari teman-temannya itu dirasakan lebi kuat dari pada tekanan yang di dapat dari pacarnya sendiri. Keinginan untuk diterima lingkungannya begitu besar, sehingga dapat mengalahkan semua nilai yang didapat, baik dari orang tua maupun dari sekolahnya.
Pada umumnya, remaja tersebut melakukannya hanya sebatas ingin membuktikan bahwa dirinya sama dengan teman-temannya, sehingga dapat diterima menjadi bagian dari anggota kelompoknya.

• Adanya tekanan dari pacar
Karena kebutuhan seseorang untuk mencintai dan dicintai, seseorang harus rela melakukan apa saja terhadap pasangannya, tanpa memikirkan resiko yang nanti dihadapinya. Dalam hal ini yang berperan bukan saja nafsu seksual mereka, melainkan juga karena sikap memberontak terhadap orang tuanya. Remaja lebih membutuhkan suatu bentuk hubungan, penerimaan, rasa aman, dan harga diri sebagai layaknya manusia dewasa.

• Adanya kebutuhan badaniah
Seks menurut beberapa ahli merupakan kebutuhan dasar yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang. Jadi, wajar saja jika semua orang, tidak terkecuali remaja menginginkan hubungan seks ini, sekalipun akibat dari perbuatanya tersebut tidak sepadan dengan risiko yang akan mereka hadapi.

• Rasa penasaran
Pada usia remaja, rasa keingintahuannya sangat tinggi terhadap seks. Apalagi jika teman-temannya mengatakan bahwa seks terasa nikmat, ditambah lagi adanya segala informasi yang tidak terbatas masuknya. Maka, rasa ingin tahu tersebut semakin mendorong mereka untuk jauh lagi melakukan berbagai macam percobaan sesuai dengan yang diharapkannya.

• Pelampiasan diri
Factor ini tidak hanya datang dari diri sendiri. Misalnya; karena terlanjur berbuat, seorang remaja perempuan biasanya berpendapat bahwa sudah tidak ada lagi yang dapat dibanggakan dalam dirinya. Maka, dengan pikirannya tersebut, ia akan merasa putus asa lalu mencari pelampiasan yang akan semakin menjerumuskannya kedalam pergaulan bebas.
Bagi perempuan, seks merupakan pengalaman yang dianggap suci dan melibatkan seluruh perasaannya yang terdalam. Bagi laki-laki,seks hanya merupakan hubungan badaniah yang dianggap tidak terlalu serius, tanpa perasaan.

Hubungan seksual tidak hanya diukur dari kenikmatan semata, namun juga menyangkut seluruh tanggung jawab diantara keduabelah pihak. Apalagi jika terjadi kehamilan diluar nikah. Bagi perempuan, meskipun baru pertama kali melakukan hubungan seks, kemungkinan hamil antara 20-25 persen. Jika hubungan tersebut sering dilakukan maka, risiko hamil semakin besar. Jika ini terjadi, berbagai masalah harus siap dihadapi, seperti terjadinya pernikahan dini atau aborsi.

3.3 Aktivitas Seksual

Setiap orang pasti pernah mengalami rangsangan seksual, baik disengaja maupun tidak. Untuk memenuhi dorongan seksual tersebut, ada yang ingin coba-coba melakukan beberapa aktivitas seksual.
Ada sebagian remaja yang beranggapan jika tidak melakukan aktivitas seksual, pelajaran disekolah akan terganggu. Akhirnya jalan pintas yang diambil adalah dengan bermasturbasi atau lebih parah lagi, yaitu menggunakan jasa pekerja seks komersil (PSK). Beberapa aktifitas seksual dibawah ini sebenarnya pantas untuk diketahui. Harapannya, remaja dapat bersikap bijaksana jika sewaktu-waktu dorongan seks datang dengan tiba-tiba. Namun, apapun keputusannya, pemenuhan dorongan seksual ini sifatnya individu. Beberapa aktifitas seksual tersebut sebagai berikut;

• Masturbasi
Masturbasi dikenal juga dengan istilah onani atau manustrupasi, yakni melakukan rangsangan seksual, khusunya pada alat kelamin, yang dilakukan sendiri dengan berbagai cara (selain hubungan seks) untuk tujuan mencapai orgasme.
Istilah masturbasi berasal dari bahasa latin yang artinya pencemaran diri. Kegiatan masturbasi dilakukan oleh hamper setiap orang, baik laki-laki mapun perempuan. Menurut sebuah penelitian, sekitar 90 persen laki-laki bermasturbasi, sedangkan perempuan sekitar 20-60 persen.

• Oral Seks
Oral seks adalah melakukan rangsangan dengan mulut pada organ seks pasangannya. Jika yang melakukan seks itu laki-laki, sebutannya cunnilingus. Jika yang melakukan oral seks perempuan, sebutannya fellatio.

• Anal Seks
Anal seks adalah hubungan seks yang dilakukan dengan memasukan penis kedalam anus atau anal. Aktivitas seksual ini justru sangat berbahaya karena anus mengandung banyak bakteri biang penyait.

Hubungan seksual yang baik dan benar menurut etika, moral dan agama adalah jika dilakukan melalui sebuah ikatan pernikahan antara seorang laki-laki dan perempuan yang dilandasi rasa cinta. Dengan bersetubuh dua orang menjadi satu secara fisik dan emosional.
Anggapan zaman dulu, seseorang melakukan hubungan seks demi memperoleh keturunan. Namun, pandangan tersebut sekarang sudah banyak berubah. Banyak pasangan yang menyatakan hubungan seks bukan hanya demi memperoleh keturunan. Hubungan seks sering dilakukan hanya demi kesenangan. Ada juga orang yang melakukan seks demi mencapai kenikmatan sekejab.




3.4 Kelainan Seksual

Kelaian seksual adalah cara yang ditampuh seseorang untuk mendapatkan kenikmatan seksual dengan jalan tidak sewajarnya. Basanya, cara yang digunakan oleh orang tersebut adalah dengan menggunakan objek seksual yang tidak wajar. Penyebab terjadinya kelainan ini bersifat psikologis atau kejiwaan,seperti pengalaman sewaktu kecil, trauma, dan kelainan genetic.
Macam-macam kelainan seksual yang banyak dijumpai sebagai berikut;

• Homoseksual
Homoseksual berasal dari bahasa Yunani yang artinya sama.untuk lebih tepatnya, jika penderita homoseksualnya laki-laki disebut gay dan jika wanita yang melakukannya disebut lesbian. Jika eseorang dapat melakukan hubungan seks dengan sesame jenis dan lawan jenis disebut biseksual.

• Sodomi
Sodomi adalah hubungan seks yang dilakukan melalui anus. Biasanya dilakukan oleh para homo.

• Transeksual
Sebutan ini ditunjukan untuk seorang laki-laki atau perempuan yang tidak menginginkan jenis kelamin mereka sesungguhnya. Mereka rela menjalani operasi kelamin untuk memperoleh kepuasan seksualnya.

• Transvestite
Transvestite adalah istilah yang diberikan kepada seorang laki-laki heteroseksual yang menginginkan memakai pakaian perempuan. Tujuannya untuk membangkitkan rangsangan seksual dan memperoleh kepuasan seksual. Ada beberapa tahap untuk menjadikan seseorang menjadi Transvestite, yaitu;
1. Cross Dressing Partial (pakaian yang digunakan BH dan celana dalam perempuan)
2. Cross Sressing total (pakaian perempuan total)

• Voyeurism/Scoptophilia
Istilah ini diambil dari bahasa Prancis vayeur yang artinya mengintip. Penderita kelainan ini memperoleh kepuasan seks dengan cara mengintip orang yang sedang telanjang, mandi, bahkan berhubungan seksual.

• Masokisme
Kelainan ini diidap seseorang yang yang dengan sengaja membiarkan dirinya disiksa atau disakiti, baik secara fisik maupun psikologis, untuk memperoleh kepuasan seksualnya. Ia akan terasa puas jika dirinya semakin tersakiti atau tersiksa.

• Sadism
Kelainan ini kebalikan dari masokisme yaitu penderita sadism ini akan memperoleh kepuasan seksual jika melakukan hubungan seksual dengan cara menyakiti atau menyiksa terlebih dahulu pasangannya. Ia akan merasa puas jika pasangannya kesakitan

• Sado-masochist
Kelainan ini sebutan untuk penderita sadism yang melakukan hubungan seksual dengan seorang masokis.

• Necrophilia
Akan memperoleh kepuasan jika melakukan hubungan seksual dengan mayat.
• Incest
Suatu hubungan seksual dengan pasangan yang masih sedarah. Hubungan ini biasanya dilakukan melalui ancaman atau paksaan.

• Exhibitionis
Penderita ini akan mendapatkan kepuasaan dengan cara memperlihatkan penisnya secara sengaja kepada perempuan atau anak kecil.

• Fetishisme
Fetishisme berarti sesuatu yang dipuja-puja. Jadi Fetishisme merupakan pemujaan yang ditunjukan pada benda-benda mati atau bagian tubuh seseorang yang menjadi idolanya, sampai mendapatkan kepuasan seksual.

• M.zoolagnia
Zoolagnia adalah kelainan seksual yang diidap seseorang yang memperoleh kepuasaan seksual ketika melihat binatang sedang berhubungan seksual.

• Phedophilia
Phedophilia adalah kelainan seksual yang memperoleh kepuasan jika berhubungan seksual dengan anak kecil atau dibawah umur. Penderita ini sering memerkosa korbannya.

• Hiperseks
Hiperseks adalah seseorang yang selalu ingin melakukan hubungan seksual sesering mungkin.



• Triolisme bestialitas
Triolisme bestialitas adalah kelainan seksual yang akan memperoleh kepuasan seksual jika saat melakukan hubungan seksual dengan pasangannya dilihat oleh orang lain. Kelainan ini dapat diartikan sebagai hubungan seksual yasng dilakukan oleh satu perempuan dengan tiga laki-laki.

• Bestialitas
Penderita kelainan ini akan memperoleh kepuasan seksual melalui binatang. Artinya, ia dapat berhubungan seksual dengan binatang.

3.5 Penyakit Menular Seksual dan HIV/AIDS

Semakin maraknya pergaulan bebas di kalangan masyarakat khususnya para remaja merupakan sebab terjadinya suatu penyakit kelamin, khususnya penyakit yang disebabkan oleh virus atau bakteri juga disebabkan oleh pergaulan bebas yang berdampak menjadi penyakit menular seksual.

• Gonore
Gonorhea adalah sebuah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhea yang penularannya melalui hubungan kelamin baik melalui genito-genital, oro-genital, ano-genital. Penyakit ini menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum, tenggorokan, dan konjungtiva.
Gonore dapat menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lain terutama kulit dan persendian. Pada wanita, gonore bisa menjalar ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam panggul sehingga menyebabkan nyeri pinggul dan gangguan reproduksi.



• Sifilis
Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Treponema pallidum. Penyakit menular seksual adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Penyakit ini sangat kronik, bersifat sistemik dan menyerang hampir semua alat tubuh.
Penyebab penyakit ini adalah Treponema pallidum yang termasuk ordo spirochaetales, familia spirochaetaceae, dan genus treponema. Bentuk spiral, panjang antara 6 – 15 µm, lebar 0,15 µm. Gerakan rotasi dan maju seperti gerakan membuka botol. Berkembang biak secara pembelahan melintang, pembelahan terjadi setiap 30 jam pada stadium aktif. Dan banyak PMS yang lainnya.

• HIV/AIDS
AIDS (Acquired immunodeficiency syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh secara bertahap yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency HIV. (Mansjoer, 2000:162).
Penyebab AIDS adalah retrovirus (HIV/ Human Immunodeficiency Virus)yang termasuk famili retroviridae
Sarana transmisinya HIV (Retrovirus HIV) melaui :
1. Rute yang dikatahui beresiko tinggi (semen, sekresi vagina).
• Hubungan seksual.
• Homoseksual, biseksual (rute utama).
• Heteroseksual (laki-laki perempuan atau sebaliknya)
2. Darah (melalui darah murni komponen selular, plasma, factor pembeku)
• Tranfusi darah atau komponen darah.
• Jarum suntik yang dipakai bersama-sama.
• Tusukan jarum suntik (resiko rendah).


3. Perinatal
• Intra placenta
• Menyusui ASI
4. Ludah dan air mata

3.6 Pusat Informasi dan Konsultasi Kesehatan Reproduksi
Remaja (PIK-KRR)

Program Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) merupakan penjabaran dari misi program keluarga berencana nasional, yaitu mempersiapkan SDM yang berkualitas sejak dini dalam rangka menciptakan keluarga berkualitas pada tahun 2015. Program ini bertujuan untuk membantu remaja agar memiliki pengetahuan, kesadaran, sikap dan perilaku kehidupan yang sehat dan bertanggung jawab melalui promosi, advokasi, KIE, konseling, pelayanan, dan dukungan kegiatan-kegiatan lain yang bersifat positif.
Tujuan dari program ini sendiri, yaitu secara umum, meningkatkan pelayanan program kesehatan reproduksi remaja melalui pembinanan dan pengembangan pusat informasi dan konsultasi kesehatan reproduksi remaja. Disamping itu tujuan secara khusus program ini diantaranya;

• Meningkatkan pengetahuan para pengelola program dalam membina dan mengembangkan pusat informasi dan konsultasi kesehatan reproduksi remaja
• Terselenggaranya system rujukan bagi remaja yang bermasalah dalam kesehatan reproduksi.
• Mengoptimalkan pendayagunaan tenaga dan sarana yang tersedia diwilayah untuk mendukung program kesehatan reproduksi remaja.

Dalam rangka mengoptimalkan pusat informasi dan rujukan KRR, maka dibutuhkan beberapa kegiatan yang dapat dilakukan oleh PIK-KRR, yaitu;
1. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)
Kegiatan KIE tentang program kesehatan reproduksi remaja biasanya dibarengi dengan upaya mengembangkan dan menggandakan materi KIE diantaranya :

• Tumbuh kembang remaja.
• Kehamilan.
• Penyakit menular seksual (PMS) dan HIV/AIDS.
• Narkoba dan miras.
• Peran kelompok dan keluarga dalam pengembangan diri remaja.
• Gender, pelecehan seksual dan pornografi.

2. Penyuluhan
Kegiatan ini dilakukan kepada berbagai kelompok remaja dan masyarakat.

3. Konseling
Kegiatan ini adalah memberikan konseling kesehatan reproduksi remaja yang bersifat promotif dan preventif untuk mencegah dan melindungi remaja dari berbagai masalah yang dapat merugikan masa depannya. Konseling yang dilakukan bersifat kuratif bagi yang mempunyai masalah dan rehabilitatif bagi remaja yang telah terjerumus.

4. Pelatihan/orientasi
Kegiatan ini mencangkup pelatihan dan orientasi bagi pendidik sebaya, konselor sebaya, yang berasal dari kelompok-kelompok remaja, tenaga informal, dan kelompok masyarakat yang peduli terhadap kesehatan reproduksi remaja.


5. Rujukan
Pusat informasi dan konsultasi KRR yang dikembangkan atau dibina belum tentu sudah memiliki pelayanan medis. Jika pusat informasi dan konsultasi KRR belum mempunyai sarana pelayanan medis, maka sistim rujukan secara umum perlu dikembangkan, baik kepada jalur puskesmas, rumah sakit atau tenaga kesehatan tertentu.

6. Promosi PIK-KRR
Kegiatan ini bertujuan untuk mempromosikan keberadaan PIK-KRR terutama dalam lingkup wilayah kabupaten/kota dimana PIK-KRR berada.

7. Monitoring
8. Monitoring dapat dilakukan dengan cara:
• Pemantauan
• Evaluasi


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kemajuan zaman dan dan teknologi sekarang ini, justru membuat banyak kenakalan remaja. Dalam hal ini seperti hamil pranikah, aktivitas dan kelainan seksual dan lain-lain jumlahnya justru semakin meningkat. Untuk mengurangi hal-hal tersebut, maka terciptalah Pusat Informasi dan Konsultasi Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) yang merupakan penjabaran dari misi program keluarga berencana nasional, yaitu mempersiapkan SDM yang berkualitas sejak dini dalam rangka menciptakan keluarga berkualitas pada tahun 2015. Program ini bertujuan untuk membantu remaja agar memiliki pengetahuan, kesadaran, sikap dan perilaku kehidupan yang sehat dan bertanggung jawab melalui promosi, advokasi, KIE, konseling, pelayanan, dan dukungan kegiatan-kegiatan lain yang bersifat positif.


4.2 Kritik dan Saran
 banyak-banyaklah beribadah, berdoa agar kita selalu dekan dengan tuhan dan terjauhi dari hal-hal yang merusak.
 Jika mau melakukan hal seperti “making love”, gunakanlah alat kontrasepsi
 Kalau sudah tidak tahan, lebih baik lagsung menikah
 Pikirkan matang-matang apapun tindakan yang kamu lakukan jika kejadiannya sudah terjadi misalnya aborsi.



DAFTAR PUSTAKA

Agus Wilopo Siswanto. Panduan Pembinaan dan Pengembangan Pusat Informasi dan Konsultasi Kesehatan Reproduksi Remaja. Kawan Pustaka, Jakarta : 2003.
Dianawati, Ajen. Pendidikan Seks untuk Remaja. Kawan Pustaka, Jakarta : 2003.
Herdiansiska, Yuke. Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja. Cetakan II 1999.
Lestari, Herna. Kehamilan Tak Direncanakan. Mitra Inti, Jakarta : 2005.
Miron, Charles D. Bicara Soal Cinta, Pacaran, dan Seks kepada Remaja. Erlangga : 2006.
Qomariyah, Siti Nurul. Infeksi Saluran Reproduksi pada perempuan Indonesia. Jakarta : Pusat Komunikasi Kesehatan Berprespetif jender, 2001.
Syarif Sugiri. Membangun Keluarga Sehat dan Sakinah. BKKBN, Jakarta : 2002.
Tana, Susilawati. Infeksi menular Seksual, Terkendalikah? . Universitas Gajah Mada. 2004.
Yatim, Wildan. Reproduksi & Embryologi. Tarsito, Bandung : 1994.