Jumat, 31 Juli 2009

DEMAM TIFOID (TIFUS ABDOMINALIS, ENTERIC FEVER) SEHUBUNGAN DENGAN MAKANAN TIDAK SEHAT

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kita semua pernah merasakan jatuh sakit. Menurut filsafat penyembuhan organik, dipercaya bahwa kesehatan kita dilawan oleh toksin-toksin. Hal ini seringkali terjadi sebagai akibat dari menumpuknya toksin-toksin di dalam tubuh kita. Toksin dapat berasal dari udara sekitar kita serta makanan yang kita makan yang mungkin berasal dari sumber-sumber yang telah terkena pencemaran.Makanan-makanan tersebut seringkali mengandung bahan pengawet, pewarna, perasa buatan dsb.
Hewan ternak dan tumbuh-tumbuhan rentan terhadap penggunaan pupuk yang mengandung bahan kimia serta racun serangga.Ketika manusia memakan makanan dengan bahan-bahan kimia tersebut atau bernafas dalam unsur-unsur tersebut, secara bertahap toksin-toksin akan menumpuk pada sistim tubuh Anda dan dalam waktu singkat akan menyerang sel-sel tubuh dan sistem kekebalan tubuh.
Dalam waktu tidak lama, racun-racun akan dapat menemukan jalan masuk kedalam saluran darah, menyerang sistim pencernaan (perut, isi perut, usus besar), sistem penyaringan (hati dan ginjal) dan sistim endokrin (kelenjar pituitary, kelenjar adrenal, kelenjar gondok), melemahkan badan Anda dan menyebabkan Anda sakit. Seperti contohnya, ketika seseorang mengalami susah buang air besar, sisa-sisa pembuangan yang tetap berada di tubuh Anda akan berpengaruh pada fungsi-fungsi sistem pencernaan, membahayakan kesehatan dan dapat menyebabkan sakit yang serius dalam jangka panjang, seperti Demam tifoid (tifus abdominalis, enteric fever).
Maka dari itulah saya membuat makalah yang berjudul “Demam tifoid (tifus abdominalis, enteric fever) Sehubungan dengan Makana Tidak Sehat”

1.2 Rumusan Masalah
• Apa hubungan makanan yang tidak sehat dengan Demam tifoid (tifus abdominalis, enteric fever)

1.3 Maksud dan Tujuan
• Maksud dan tujuan dari makalah ini yaitu ingin mengetahui apakah ada hubungan makanan yang tidak sehat dengan Demam tifoid (tifus abdominalis, enteric fever).

BAB II
LANDASAN TEORI
1.1 Definisi
Demam tifoid (tifus abdominalis, enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran.
Demam tifoid ini biasa menyerang pada anak usia 12 – 13 tahun ( 70% – 80% ), pada usia 30 – 40 tahun ( 10%-20% ) dan diatas usia pada anak 12-13 tahun sebanyak ( 5%-10% ). (Mansjoer, Arif 1999).
Pada paratipus – jenis tipus yang lebih ringan – mungkin sesekali mengalami buang-buang air . Jika diamati, lidah tampak berselaput putih susu, bagian tepinya merah terang. Bibir kering, dan kondisi fisik tampak lemah, serta nyata tampak sakit. Jika sudah lanjut, mungkin muncul gejala kuning, sebab pada tipus organ hati bisa membengkak seperti gejala hepatitis. Pada tipus limpa juga membengkak.
Kuman tipus tertelan lewat makanan atau minuman tercemar. Bisa jadi sumbernya dari pembawa kuman tanpa ia sendiri sakit tipus. Kuman bersarang di usus halus, lalu menggerogoti dinding usus. Usus luka, dan sewaktu-waktu tukak tipus bisa jebol, dan usus jadi bolong. Ini komplikasi tipus yang paling ditakuti. Komplikasi tipus umumnya muncul pada minggu kedua demam. Yaitu jika mendadak suhu turun dan disangka sakitnya sudah menyembuh, namun denyut nadi meninggi, perut mulas melilit, dan pasien tampak sakit berat. Kondisi begini membutuhkan pertolongan gawat darurat, sebab isi usus yang tumpah ke rongga perut harus secepatnya dibersihkan. Untuk tahu benar kena tipus harus periksa darah. Setelah minggu pertama demam tanda positif tipus baru muncul di darah (Uji Widal).
Pembawa kuman ini berbahaya jika profesinya pramusaji atau orang yang kerjanya menyiapkan makanan dan minuman jajanan (food handler). Sekarang tipus bisa dicegah dengan imunitas tipus. Penyakit tipus di Indonesia masih banyak. Mereka yang punya risiko tertular, tidak salahnya ikut vaksinasi.
1.2 Etiologi
Demam tifoid disebabkan oleh Salmonella typhi (S. typhi), basil gram negatif, berflagel, dan tidak berspora. S. typhi memiliki 3 macam antigen yaitu antigen O (somatik berupa kompleks polisakarida), antigen H (flagel), dan antigen Vi. Dalam serum penderita demam tifoid akan terbentuk antibodi terhadap ketiga macam antigen tersebut.
1.3 Patogenesis
Infeksi S.typhi terjadi pada saluran pencernaan. Basil diserap di usus halus kemudian melalui pembuluh limfe masuk ke peredaran darah sampai di organ-organterutama hati dan limpa. Basil yang tidak dihancurkan berkembang biak dalam hati dan limpa sehingga organ-organ tersebut akan membesar disertai nyeri pada perabaan. Kemudian basil masuk kembali ke dalam darah ( bakteremia) dan menyebar ke seluruh tubuh terutama ke dalam kelenjar limfoid usus halus, menimbulkan tukak pada mukosa diatas plaque peyeri. Tukak tersebut dapat mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus. Gejala demam disebabkan oleh endotoksin yang dieksresikan oleh basil S.typhi sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus.
1.4 Gejala Klinis
Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibandingkan dengan penderita dewasa. Masa tunas rata-rata 10-14 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan lemas dan lesu, nyeri kepala, pusing, dan tidak bersemangat. Kemudian disusul gejala klinis, yaitu
1. Demam
Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu. Bersifat febris remiten dan suhu tidak tinggi. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore dan malam hari. Pada minggu kedua penderita terus berada dalam keadaan demam. Dalam minggu ketiga suhu badan berangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.

2. Gangguan saluran pencernaan
Pada penderita demam tifoid dapat ditemukan bibir kering, dan pecah-pecah (ragaden). Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tounge) dengan pinggir yang hiperemis, jarang disertai tremor. Pada abdomen mungkin ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan limpa membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya didapatkan konstipasi,akan tetapi mungkin pula normal bahkan dapat terjadi diare.
3. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak seberapa dalam, yaitu apatis sampai somnolen. Jarang terjadi sopor, koma atau gelisah.
Disamping gejala-gejala yang biasa ditemukan tersebut kadang-kadang ditemukan pula gejala lain berupa roseola pada punggung dan ekstremitas dan bradikardia pada anak besar.1
Relaps
Relaps atau kambuh merupakan keadaan berulangnya gejala penyakit tifus abdominalis, akan tetapi berlangsung lebih ringan dan lebih singkat. Biasanya terjadi dalam minggu kedua setelah suhu badan normal kembali.1,4
Diagnosis
Menegakkan diagnosis demam tifoid pada anak merupakan hal yang tidak mudah mengingat gejala dan tanda- tanda yang tidak khas.1 Diagnosis demam tifoid dapat dibuat dari anamnesis berupa demam, gangguan gastrointestinal dan mungkin disertai perubahan atau gangguan kesadaran. Untuk memastikan diagnosis tersangka demam tifoid maka perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium sebagai berikut :1,4
1. Darah tepi
- Anemia, pada umumnya terjadi karena supresi sumsum tulang, defisiensi Fe, atau perdarahan usus.
- Leukopenia, namun jarang kurang dari 3000/uL.
- Limfositosis relatif dan anaeosinofilia pada permulaan sakit.
- Trombositopeni terutama pada demam tifoid berat.
2. Pemeriksaan serologi
- Serologi Widal : untuk membuat diagnosis yang diperlukan adalah titer terhadap antigen O dengan kenaikan titer 1/200 atau kenaikan 4 kali titer fase akut ke fase konvalesens.
- Kadar Ig M dan Ig G (Typhi-dot).
3. Biakan Salmonela
- Biakan darah terutama pada minggu I perjalanan penyakit.
- Kultur tinja terutama pada minggu II perjalanan penyakit.


BAB III
PEMBAHASAN

1.1 Definisi makanan

Makanan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, makanan yang kita makan bukan saja harus memenuhi gizi dan mempunyai bentuk yang menarik, akan tetapi juga harus aman dalam arti tidak mengandung mikroorganisme dan bahan-bahan kimia yang dapat menyebabkan penyakit.
WHO menyatakan makanan adalah semua substansi yang diperlukan tubuh, kecuali air dan obat-obatan dan substansi-substansi yang diperlukan dalam pengobatan. Sedangkan Departemen Kesehatan tesendiri menyatakan bahwa makanan adalah semua bahan baik dalam bentuk alamiah maupun dalam bentuk buatan yang dimakan manusia kecuali air dan obat-obatan.

1.2 Kriteria Makanan Layak Konsumsi

Tidak semua makanan yang beredar di pasaran memenuhi criteria sebagai makanan yang layak buat konsumsi, dan hal ini yang menyebabkan banyak penyakit yang bermula dari makanan. Adapun criteria makan yang layak konsumsi tersebut diantaranya:
• Berada dalam derajat kematangan yang dikehendaki
• Bebas dari pencemaran disetiap tahap produksi dan penanganan selanjutnya
• Bebas dari perubahan fisik dan kimiawi yang tidak dikehendaki, sebagai akibat dari pengaruh enzim, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan kerusakan-kerusakan karena tekanan, pemanasan, pengeringan dan lain sebagainya.
• Bebas dari mikroorganisme dan parasit yang menimbulkan penyakit yang dihantarkan oleh makanan.
Apabila makanan tidak sesuai dengan kriteria-kriteria diatas, maka dapat dikatakan bahwa makanan tersebut rusak atau busuk sehingga tidak cocok untuk dikonsumsi. manusia yang mengkonsumsinya dapat menyebabkan gangguan kesehatan.
Suatu makan dapat dikatakan busuk jika mengandung bakteri-bakteri tertentu atau toksin-toksin yang dihasilkan bakteri-bakteri tersebut. Jika hal ini dibiarkan dan dikonsumsi akan menimbulkan keracunan makanan.

1.3 Faktor Lingkungan Terhadap Makanan

Adapun factor-faktor yang bisa mempengaruhi kualitas keamanan makanan, diantaranya factor lingkungan:
• Lingkungan Fisik
(air, tanah, udara)
• Lingkungan Kimia
(pestisida, food additive, antibiotika, logam-logam)
• Lingkungan Biologis
(jasad renik, tumbuhan, hewan, manusia)

1.4 Penyakit yang Berhubungan dengan Makanan

Makanan disamping berguna untuk kehidupan manusia, disisi lain makanan dapat menjadi media tempat berkembangnya bakteri-bakteri baik pathogen maupun non pathogen serta makanan juga dapat menjadi media perantara atau pehide penularan penyakit. Penularan ini diakibatkan adanya hubungan tiga mata rantai penulaan penyakit, yaitu:
• Sumber penyakit (bibit penyakit seperti virus dan bakteri)
• Perantara penyakit (air, makanan dan minuman, udara, serangga dll)
• Individu yang lemah (imunnya menurun)
Mata rantai tersebut dapat diputuskan antara lain dengan melakukan kegiatan pengontrolan terhadap hygiene sanitasi makanan agar makanan tersebut tidak menjadi media penularan penyakit.
Terdapat beberapa macam klasifikasi penyakit karena makanan, diantaranya dikemukakan oleh Karia Longree (1982) yang dikenal dengan “Food Borne Disease” dalam tiga kelompok besar, diantaranya:
• Penyakit infeksi yang diakibatkan oleh perpindahan kuman penyakit.
• Food poisoning dan food infections karena bakteri
• Keracunan makanan yang disebabkan oleh bukan mikroorganisme
Pada salah satu kelompok tersebut disebutkan ada food infection, yaitu kondisi dimana terjadi keracunan makanan yang disebabkan oleh adanya infeksi pada saluran pencernaan. Infeksi mikroba ini adalah infeksi yang disebabkan masuknya atau tertelannya mikroba kedalam tubuh yang kemudian hidup dan berkembang biak dalam tubuh. Contoh salah satu dari infeksi ini yaitu pada penderita Demam tifoid (tifus abdominalis, enteric fever) yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi (S. typhi), dan tidak berspora. S. typhi memiliki 3 macam antigen yaitu antigen O (somatik berupa kompleks polisakarida), antigen H (flagel), dan antigen Vi. Dalam serum penderita demam tifoid akan terbentuk antibodi terhadap ketiga macam antigen tersebut.
Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial
Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang, dan terjadilah demam tifoid (tifus abdominalis, enteric fever)
1.5 Hygiene dan Sanitasi Makanan
Inilah yang bisa dilakukan kita supaya tidak terjadi demam tifoid (tifus abdominalis, enteric fever), dimana dengan hygiene ini merupakan salah satu upaya pencegahan yang menitik beratkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya-bahaya yang dapat mengganggu atau meruksak kesehatan. Mulai dari makanan yang belum diproduksi, selama dalam proses, pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, penjualan sampai pada saat dimana makanan dan minuman tersebut siap untuk dikonsumsi.


BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

dari pembahasan diatas kita bisa menyimpulkan bahwa demam tifoid (tifus abdominalis, enteric fever) itu disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi (S. typhi). Bakteri ini biasanya menyerang tubuh kita melalui makanan yang tidak sehat, yaitu bakteri yang terdapat peses yang terserang salmonella typhi ini dibawa oleh lalat atau serangga, kemudian mencemari makanan dan akhirnya makanan tersebut tidak sehat lagi dan jika dikonsumsi maka kita akan terserang demam tifoid (tifus abdominalis, enteric fever) itu yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi (S. typhi).
Dengan ini kita bisa mengatakan bahwa demam tifoid (tifus abdominalis, enteric fever) yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi (S. typhi), erat kaitannya dengan makanan yang tidak sehat.

4.2 Saran

Mulailah pola hidup sehat denga cara, teliti dalam memilih makanan dan budayakan atau biasakan mencuci tangan setelah beraktifitas dan sebelum kita makan. Hal ini bisa mengurangi penyebaran bakteri Salmonella typhi (S. typhi) dan terhindar dari demam tifoid (tifus abdominalis, enteric fever).

2 komentar:

  1. terimakasih banyak untuk artikel ini, informasi yang bermanfaat.

    http://obattraditional.com/obat-tradisional-penyakit-tipes/

    BalasHapus
  2. Now we are entering the season of pancaroba, it makes the body will be increasingly vulnerable to attack the disease, as one example of the disease Typhus.
    Obat Tipes

    BalasHapus